https://chondredragnet.com/ichWvkeURV9piH/83281 https://457578.click-allow.top/ Terbongkar Sandiwara Istri dan Putrinya yang Bunuh Bos Aksesori - Banyak Berita

Terbongkar Sandiwara Istri dan Putrinya yang Bunuh Bos Aksesori

Foto: Yudi kaget ada pencairan dana pinjol Rp 56 juta di hari kematian bos aksesoris bernama Asep Saepudin (43). Dia sempat ditelepon pihak aplikasi pinjol. (MI Fawdi/detikcom)

Jakarta - Sungguh nahas nasib Asep Saepudin, bos aksesori di Setu, Bekasi, dibunuh istri dan putrinya sendiri. Istri dan putrinya mengarang cerita bahwa Asep meninggal karena terjatuh dan terpentok lemari.

Hal ini diungkapkan sang adik korban bernama Yudi. Bahkan putri korban bernama Silvia Nur Alfiani (22) menyebut Asep ketahuan selingkuh dengan wanita lain sebelum dibunuh.

Yudi menyebut Silvia terus mengatakan alasan itu berulang-ulang. Diketahui Asep meninggal dunia karena dibunuh oleh orang dekatnya, yakni keluarga sendiri, yaitu istrinya bernama Juhairah (45), anak perempuannya, dan pacar anak perempuannya bernama Hagistko Pramada (22).

"Anaknya bilang bapak ketahuan selingkuh, transfer uang ke cewek lain, terus bilang beli HP (handphone/ponsel) tapi HP-nya nggak ada di rumah, terus ada pertengkaran, almarhum jatuh kena lemari dan meninggal," kata Yudi ditemui di Kampung Serang, Desa Taman Rahayu, Setu, Kabupaten Bekasi, Selasa (23/7/2024).

"Cuma begitu aja ceritanya begitu terus diulang-ulang," jelasnya.

Makan-Ngemal Bareng Sebelum Dibunuh

Keluarga korban pembunuhan di Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu, Bekasi, mengungkapkan Asep Saepudin (43) sempat membawa keluarganya untuk makan dan berbelanja atau shopping di mal sebelum dibunuh. Adik korban, yakni Yudi (33), mengatakan Asep sempat bermain bulutangkis pada malam hari sebelum dibunuh oleh istri dan anaknya.

"Sempat makan di Solaria, shopping sama keluarga di Mal Metropolitan," kata Yudi ditemui di Kampung Serang, Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Selasa (23/7/2024).

"Terus habis itu bulutangkis, tidur, pulang, mainnya di lapangan di sini lapangan RT," jelasnya.

Yudi menjelaskan dia mengetahui Asep telah meninggal dunia setelah mendapatkan telepon dari kakak iparnya. Sesampai di rumah Asep, Yudi melihat kondisi kakaknya sudah terbujur kaku dan memperlihatkan luka di bagian wajahnya.

"Jadi istrinya almarhum kasih kabar ke kakaknya dia, nah kita dapat kabar dari keluarganya sono. Sudah kaku, saya lihat badannya membengkak sama ada memar di mata bibirnya sobek," jelasnya.

Yudi mengatakan keluarga Asep tidak memiliki masalah ekonomi. Menurutnya, tuduhan dari istri Asep, yakni Juhairah, yang hanya mendapatkan uang Rp 100 ribu per pekan untuk kebutuhan rumah tangga, adalah tidak benar.

"Kalau cerita seminggu Rp 100 ribu nggak mungkin. Setahu saya ekonomi almarhum itu baik-baik aja. Yang jelas semuanya sangat tercukupi. Saya tahulah ekonominya untuk almarhum cukup," katanya.

Pakai Helm Saat Bunuh

Polisi mengungkap Juhariah (45) dan Silvia Nur Alvian (22) memakai helm saat membunuh Asep Saepudin (43), bos aksesori di Setu, Kabupaten Bekasi. Mereka memakai helm agar dikira rampok.

"Ibu dan anak pakai helm. Cowoknya pakai masker dan sarung tangan. (Pakai helm) biar dikira dirampok," kata Kanit Reskrim Polsek Setu Ipda Nano Romansah saat dihubungi, Selasa (23/7).

Juhariah merupakan istri korban, sementara Silvia anaknya. Dalam pembunuhan tersebut, ada juga tersangka lain, yakni Hagistko Pramada (22), yang tak lain adalah pacar anak korban.

Korban dibunuh saat tidur di ruang tamu di rumahnya pada Kamis (27/6) dini hari. Korban dibunuh dengan cara dicekik oleh Juhariah dan Hagistko. Karena korban melawan, si anak, Silvia, kemudian ikut melakban kaki ayahnya.

"Dieksekusi dengan dicekik oleh ibunya (istri) dan pacar anaknya bersamaan," ujarnya.

"Karena ada perlawanan dari almarhum ini, anaknya melakban kakinya. Karena masih ada perlawanan, helm yang dipakai anaknya terpental, akhirnya helm itu dipukulkan ke korban," imbuhnya.

Kuras Pinjol Rp 56 Juta

Yudi, adik bos aksesori bernama Asep Saepudin (43), yang dibunuh putri dan istri, mengungkap ada pencairan dana pinjaman online (pinjol) pada hari kematian korban. Dia mengatakan sempat mendapatkan telepon dari pihak aplikasi pinjol.

Menurut Yudi, telepon dari pihak aplikasi pinjol diterimanya sekitar 12 hari setelah kematian Asep Saepudin. Dalam telepon itu terungkap Asep Saepudin memiliki utang, tapi Yudi sempat menjelaskan bahwa kakaknya sudah meninggal dunia.

"Saya ada telepon dari pinjol kalau Mas Asep ada pinjaman. Saya bilang Mas Asep sudah meninggal, nanti saya beresin semua," kata Yudi saat ditemui di Kampung Serang, Desa Taman Rahayu, Setu, Kabupaten Bekasi, Selasa (23/7).

Pihak aplikasi pinjol menjelaskan kepada Yudi bahwa pengajuan utang dilakukan pada 27 Juni atau hari ketika Asep tewas dibunuh. Yudi, yang curiga akan informasi tersebut, melakukan penelusuran mutasi rekening milik Asep dan menemukan pencairan dana dari pinjol ke rekening milik Asep hingga transfer uang ke anak perempuan Asep, yakni Silvia Nur Alifiani.

"Terus ditanya 'meninggal tanggal berapa?'. Saya bilang 'tanggal 27'. Dari pinjol itu bilang 'tanggal 27 itu ada pencairan dana'," ucap Yudi.

"Dari situ saya timbul kecurigaan, saya sampai cek mutasi almarhum, ternyata ada dua transaksi uang masuk dari aplikasi pinjol totalnya Rp 56.500.000 di tanggal 27 itu," jelasnya.

Keluarga Minta Pelaku Dihukum Mati

Asep Saepudin (43), seorang bos aksesori di Bekasi, tewas dibunuh oleh istri, anak perempuan, serta pacar anak perempuannya. Adik korban, Yudi, berharap pelaku dihukum seberat-beratnya atas pembunuhan berencana yang dilakukan.

"Kasus ini diungkap seterang benderangnya pelaku dihukum seberat-beratnya, ini sudah pembunuhan berencana," kata Yudi ditemui di rumah Asep di Kampung Serang, Desa Taman Rahayu, Setu, Kabupaten Bekasi, Selasa (23/7).

Tiga tersangka dalam kasus ini ialah istri korban bernama Juhairah (45), putri korban bernama Silvia Nur Alfiani (22), serta pacar Silvia yakni Hagistko Pramada (22). Yudi berharap ketiga tersangka dihukum mati karena telah melakukan pembunuhan berencana.

"Intinya pelaku dihukum seberat-beratnya, kami mohon kepolisian, biarpun itu bekas kakak ipar saya dan ponakan saya, saya mau dihukum mati," ungkapnya.

Sumber : Detik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel